Minggu, 30 September 2012 0 komentar

Hujan di Penghujung September

Jam di handphone-ku menunjukkan pukul 17:40 WITA ah, sudah gelap saja dunia ini apalagi karena pengaruh hujan tadi yang disertai petir dan kilat serta menyambar tiada hentinya.Dan sekarang aroma hujan tadi masih membius hidungku utk merasakan kesejukan ini

Aku menyusuri Jalan Kesuma Bangsa yang lumayan ramai, terlihat lampu jalan telah memancarkan sinar kuningnya untuk menerangi jalan pertanda hari sudah senja, hari yang merupakan hari terakhir di bulan September yang lumayan menyenangkan ini

Hujan tadi,
Langit menangis dan merintih oleh petir
Hatiku tadi,
Perasaan sedih dan kecewa menghampiri

Korelatif bukan?
Saya yang terlahir di akhir September 18 tahun lalu menangis tatkala Hujan turun di penghujung bulan ini.


Ditulis dalam rasa kagum,
30 September 2012

Rabu, 26 September 2012 0 komentar

Lukewarm Morn

Aku bersyukur Tuhan mempertemukan kita ditempat ini, aku bersyukur akan tempat ini, tempat yg penuh kenangan

 Kenapa suasana saat itu membuatku ingat dan selalu terkenang sikapmu itu ya?
 Kenapa kamu membuatku mengerti sesuatu yg sebelumnya aku tidak mengerti?
 Kenapa dirimu begitu spesial di hati dan pikiranku?
 Kamu mungkin gak akan pernah tahu yg kurasakan ketika itu. Speechless rasa kagum itu

Selamat pagi, hari ini cerah sekali, aku masih ingat ketika kita duduk bersama di tempat ini; tempat dimana mungkin jiwaku masih tertinggal separuh disini

Aku duduk sendiri di atas (seharusnya) rangka atap yg dijadikan tempat duduk dgn tatapan kosong ke depan tak lama kamu datang menghampiriku dan menendang sepatuku dgn kaki bagian dalam ibarat menendang sebuah bola.

Kamu duduk disampingku memecah sepi yg menemaniku. Dan aku masih terdiam dalam kekagetan yg luar biasa, Kamu menepuk pundakku dan seraya berkata "Kak, apa kabar?" sambil memberikan tanganmu padaku.

Kurengkuh tanganmu, kugenggam tanganmu erat-erat dan tak kulepaskan ketika kita duduk bersampingan, sambil tertawa, tersenyum ceria. Betapa indahnya bukan? Dapatkah kamu turut merasakannya?

Dan sekarang hanya rindu yg menyelip didalam jiwa yang sendiri dan sepi, disini aku berdiri tegar dan hampir merasa kehilangan sosok yang benar-benar membuatku tersadar, tapi kehilangan ini hanya sementara karena kita tetap akan bertemu walau bukan dalam suatu wadah, bukan dalam suatu tempat atau ikatan yang pernah mengikat kita, Dulu

Mungkinkah ini rindu yang tak bersyarat dan terbatas oleh keadaan? Atau kah hanya rasa yang berlebihan menghampiri perasaanku? 




Dengan rasa syukur kepada-Nya karena kita dipertemukan oleh-Nya .
Terima kasih atas sikap baik, sifat menghargai yang kamu miliki
Dan sikapmu itu telah membuatku merasa berharga diantara kalian 
You're my role model nowadays, Thanks!

Rabu, 12 September 2012 0 komentar

Kita atau lebih tepatnya Kalian

"Aku bersyukur mengenal kamu dan dia"

"Aku (kita) disini bersama mereka, tapi aku lebih nyaman bersama kalian"

 

seperti biasa aku selalu menjadi pribadi yang ingin selalu bersosialisasi, dan aku bukan orang yang pandai berdiam diri di tempat yang sepi, aku selalu ingin pergi berinteraksi dengan dunia diluar lingkungan internku jika sudah waktunya!

 

Mobil ini masuk ke parkiran smansa (yang seharusnya dilarang)

"Hey, kamu nggak takut kalau dimarahi guru?" 

 

"Yah, nggak apalah Fan. kapan lagi mobilku bisa terparkir di parkiran smansa. Ini mungkin yang pertama kali dan yang terakhir loh" 


Kubuka pintu mobil itu dan perlahan kututup kembali. tampak di pelataran ruang piket sekolahku duduk beberapa siswa yang menjadi panitia acara hajatan tahunan sekolahku.

Mereka melihat tajam kepada kamu dan kamu mengabaikan mereka seakan mereka nggak ada hadir dimatamu, Dan kini mereka melihatku dan beberapa dari mereka tersenyum dan menyapa

"Kak Fandi :) " (tersenyum dan menganggukkan kepala)

Kubalas sapaan mereka dengan senyuman juga, namun tampak ekspresi wajah mereka terlihat seperti gundah atau tidak nyaman.

Aku berjalan menyusuri ruang piket yang lumayan begitu luas, dan akhirnya aku sampai di koridor yang mengantarkanku ke sebuah lapangan basket

"Fan, kita foto-an yuk"

"Ayo, mana kameranya"

"Itu, kita nunggu mereka foto-foto dulu setelah mereka baru kita"

"Umm, Fan, maaf ya kalau selama ini aku banyak salah sama kamu"

"Nggak apa kok, aku maafin"

Aku berjalan menyusuri lapangan ini untuk melihat mereka yang sedang dalam 'will be sadness condition' Hmm, sebenarnya aku juga :'(

Tak lama aku didatangi seseorang dan ditawari bunga mawar, ada yang berwarna merah dan berwarna putih, Indah sekali! Aku ingin membelinya tapi bingung untuk apa jika aku membelinya

"Kak Fandi, beliin bunga mawar ini dong"

"Harganya berapa?"

"Sepuluh ribu Kak"

"Nggak bisa lima ribu dapet dua?

"Ya nggak bisalah Kak"

"Haha kukira bisa"

"Oh ya Kak, aku mau foto bareng sama kakak"

"Sekarang? Boleh, tapi nanti temani aku foto bareng sama dia ya"

"Dia? yang itu?" (sambil menunjuk)

"Iya"

"Bentar ya Kak, aku panggil temenku dulu soalnya kameraku ada sama dia"

Aku berdiri menunggu kamera yang akan datang, yang akan membuat kenangan diantara kita, kenangan yang dulu pernah merekam hal-hal kecil yang pernah kita lakukan bersama.
Kenangan diantara kita, Kita? Ya, disisi lain inilah kita tapi disisi yang lainnya kita adalah kalian.

Seraya menunggu, tiba-tiba Pak Aidil datang menghampiriku

"Fan, mobil yang di depan itu punya temanmu ya? Tadi ada anak osis yang lapor, kata mereka punya temannya Kak Fandi"

 

"Oh, iya pak bener, kenapa pak?"

 

"Itu ada Pak Mardani mobilnya mau keluar tapi terhalang sama mobil temanmu"

 

"Oke pak, saya beritahukan sama dia sekarang untuk memindahkannya"

 

"Cepat ya Fan"

 

"Siap, Pak Aidil!"

 

Hiruk-pikuk suara manusia menemani langkahku mencari kamu, aku berkeliling dibawah tenda, ditempat pemotretan dan di kantin. Berputar dalam keramaian mencari ketika suasana hampir tidak memungkinkan.

Kucoba menelepon handphone-mu tapi kamu tidak mengangkatnya, kukirim sebuah pesan teks tapi dengan segera kamu tidak membalasnya

"Ini penting bro! Kan sudah aku bilang jangan parkir disitu"

Dalam keputus-asa-an mencarimu ditempat yang notabene tidak terlalu luas itu akhirnya aku menemukanmu duduk di pendopo yang lumayan ramai itu

"Kenapa teleponku nggak diangkat?"


"Tadi aku makan, Fan"

 

"Kenapa sms-ku nggak dibales?"

 

"Aku nggak punya pulsa"

 

"Oh, yaudah cepat pindahin mobilmu, ada Pak Mardani mau pulang tapi mobilnya terhalang sama mobilmu"


"Iyakah Fan"


"Yaiyalah, masa aku bohong"


Kita sama-sama berjalan menuju parkiran, dan sesampainya diparkiran aku masuk dan turut duduk disampingmu didalam mobilmu

"Kan sudah aku bilang jangan parkir disini"

 

"I..iya Fan, maaf"


Setelah semua selesai, kamu memarkir mobilmu itu di Lapangan Pemuda dan kita berjalan menyusuri rindangnya pohon Angsana di LP tersebut. Kemudian kita menyeberang dan kembali memasuki ruang piket

Tanpa kamu sadari (lagi) dipelataran sana ada beberapa guru yang sedang duduk dan kamu tampak tidak memperdulikan kehadiran mereka yang duduk disana.

Kamu tetap berjalan dengan tatapan tegak linier kedepan, dan aku dibelakangmu berjalan dengan memandang kesamping sambil tersenyum kepada beberapa orang yang ada disana. Namun karena sikapmu yang acuh kepada mereka, aku yang berjalan dibelakangmu pun turut diacuhkan mereka :(

 
;