Rabu, 12 September 2012

Kita atau lebih tepatnya Kalian

"Aku bersyukur mengenal kamu dan dia"

"Aku (kita) disini bersama mereka, tapi aku lebih nyaman bersama kalian"

 

seperti biasa aku selalu menjadi pribadi yang ingin selalu bersosialisasi, dan aku bukan orang yang pandai berdiam diri di tempat yang sepi, aku selalu ingin pergi berinteraksi dengan dunia diluar lingkungan internku jika sudah waktunya!

 

Mobil ini masuk ke parkiran smansa (yang seharusnya dilarang)

"Hey, kamu nggak takut kalau dimarahi guru?" 

 

"Yah, nggak apalah Fan. kapan lagi mobilku bisa terparkir di parkiran smansa. Ini mungkin yang pertama kali dan yang terakhir loh" 


Kubuka pintu mobil itu dan perlahan kututup kembali. tampak di pelataran ruang piket sekolahku duduk beberapa siswa yang menjadi panitia acara hajatan tahunan sekolahku.

Mereka melihat tajam kepada kamu dan kamu mengabaikan mereka seakan mereka nggak ada hadir dimatamu, Dan kini mereka melihatku dan beberapa dari mereka tersenyum dan menyapa

"Kak Fandi :) " (tersenyum dan menganggukkan kepala)

Kubalas sapaan mereka dengan senyuman juga, namun tampak ekspresi wajah mereka terlihat seperti gundah atau tidak nyaman.

Aku berjalan menyusuri ruang piket yang lumayan begitu luas, dan akhirnya aku sampai di koridor yang mengantarkanku ke sebuah lapangan basket

"Fan, kita foto-an yuk"

"Ayo, mana kameranya"

"Itu, kita nunggu mereka foto-foto dulu setelah mereka baru kita"

"Umm, Fan, maaf ya kalau selama ini aku banyak salah sama kamu"

"Nggak apa kok, aku maafin"

Aku berjalan menyusuri lapangan ini untuk melihat mereka yang sedang dalam 'will be sadness condition' Hmm, sebenarnya aku juga :'(

Tak lama aku didatangi seseorang dan ditawari bunga mawar, ada yang berwarna merah dan berwarna putih, Indah sekali! Aku ingin membelinya tapi bingung untuk apa jika aku membelinya

"Kak Fandi, beliin bunga mawar ini dong"

"Harganya berapa?"

"Sepuluh ribu Kak"

"Nggak bisa lima ribu dapet dua?

"Ya nggak bisalah Kak"

"Haha kukira bisa"

"Oh ya Kak, aku mau foto bareng sama kakak"

"Sekarang? Boleh, tapi nanti temani aku foto bareng sama dia ya"

"Dia? yang itu?" (sambil menunjuk)

"Iya"

"Bentar ya Kak, aku panggil temenku dulu soalnya kameraku ada sama dia"

Aku berdiri menunggu kamera yang akan datang, yang akan membuat kenangan diantara kita, kenangan yang dulu pernah merekam hal-hal kecil yang pernah kita lakukan bersama.
Kenangan diantara kita, Kita? Ya, disisi lain inilah kita tapi disisi yang lainnya kita adalah kalian.

Seraya menunggu, tiba-tiba Pak Aidil datang menghampiriku

"Fan, mobil yang di depan itu punya temanmu ya? Tadi ada anak osis yang lapor, kata mereka punya temannya Kak Fandi"

 

"Oh, iya pak bener, kenapa pak?"

 

"Itu ada Pak Mardani mobilnya mau keluar tapi terhalang sama mobil temanmu"

 

"Oke pak, saya beritahukan sama dia sekarang untuk memindahkannya"

 

"Cepat ya Fan"

 

"Siap, Pak Aidil!"

 

Hiruk-pikuk suara manusia menemani langkahku mencari kamu, aku berkeliling dibawah tenda, ditempat pemotretan dan di kantin. Berputar dalam keramaian mencari ketika suasana hampir tidak memungkinkan.

Kucoba menelepon handphone-mu tapi kamu tidak mengangkatnya, kukirim sebuah pesan teks tapi dengan segera kamu tidak membalasnya

"Ini penting bro! Kan sudah aku bilang jangan parkir disitu"

Dalam keputus-asa-an mencarimu ditempat yang notabene tidak terlalu luas itu akhirnya aku menemukanmu duduk di pendopo yang lumayan ramai itu

"Kenapa teleponku nggak diangkat?"


"Tadi aku makan, Fan"

 

"Kenapa sms-ku nggak dibales?"

 

"Aku nggak punya pulsa"

 

"Oh, yaudah cepat pindahin mobilmu, ada Pak Mardani mau pulang tapi mobilnya terhalang sama mobilmu"


"Iyakah Fan"


"Yaiyalah, masa aku bohong"


Kita sama-sama berjalan menuju parkiran, dan sesampainya diparkiran aku masuk dan turut duduk disampingmu didalam mobilmu

"Kan sudah aku bilang jangan parkir disini"

 

"I..iya Fan, maaf"


Setelah semua selesai, kamu memarkir mobilmu itu di Lapangan Pemuda dan kita berjalan menyusuri rindangnya pohon Angsana di LP tersebut. Kemudian kita menyeberang dan kembali memasuki ruang piket

Tanpa kamu sadari (lagi) dipelataran sana ada beberapa guru yang sedang duduk dan kamu tampak tidak memperdulikan kehadiran mereka yang duduk disana.

Kamu tetap berjalan dengan tatapan tegak linier kedepan, dan aku dibelakangmu berjalan dengan memandang kesamping sambil tersenyum kepada beberapa orang yang ada disana. Namun karena sikapmu yang acuh kepada mereka, aku yang berjalan dibelakangmu pun turut diacuhkan mereka :(

0 komentar:

Posting Komentar

 
;